BATU TELAPAK KAKI CADASARI PANDEGLANG: KETERKAITANNYA DENGAN PRASASTI CIARUTEUN

Effie Latifundia

Abstract


Abstrak

Batu telapakkaki Cadasari merupakan permasalahan umum yang dibahas pada tulisan ini. Tulisan ini mencoba mengungkap adakah keterkaitan antara  telapak kaki Cadasari Pandeglang dengan  telapak kaki Purnawarman prasasti Ciaruteun.Metode penelitian arkeologi dipergunakan untuk menjawab permasalahan. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, survei, dan wawancara. Batu tapak dipandang sebagai salah satuwujud kebudayaan materi yang digunakan oleh masyarakat masa lalu dalam mengekspresikan kebudayaannya muncul dan berkembang pada masa klasik/Hindu-Buddha. Menurut para ahli, bahwa tadisi batu telapak kaki mulai berkembang bersamaan dengan berkembangnya masa Tarumanagara. Masa Tarumanagara ditandai dengan sejumlah prasasti. Hasil analisis melalui aspek kebudayaan, dimensi ruang, waktu dan bentuk serta menelaah simbol dan makna mengindikasikan bahwa telapak kaki Cadasari  memiliki keterkaitan dengan batu telapak kaki Purnawarman dalam prasasti Ciaruteun. Telapak kaki Cadasari dengan telapak kaki Purnawarman memiliki simbol dan makna budaya sejajar. Telapak  kaki Cadasari menunjukkan simbol pengesahan atau legitimasi dari penguasa pada masa itu. Dengan demikian batu telapak Cadasari mengandung arti/makna bahwa kawasan Cadasari merupakan  bagian dari kekuasaan Tarumanagara di bawah pemerintahan Purnawarman.

Abstract

Cadasari stone foot is a common problem that is discussed in this paper. This paper attempts to uncover the relationship between the feet of Cadasari Pandeglang and the feet of Purnawarman in the inscription of Ciaruteun. The archaeological method research is used to answer the problem. The data was collected through literature studies, surveys, and interviews. Stone footprint is seen as one of the cultural artifact materials used by past societies in expressing culture emerged and developed in the classical period / Hindu-Buddhist.  According to experts, the stone feet tradition began and developed spreadly during Tarumanagara kingdom. Several numbers of inscriptions marked Tarumanagara kingdom period. The results of the analysis through the aspect of culture, dimensions of space, time and form as well as examine the symbols and meanings indicate that the soles of the feet of Cadasari has been linked to the foot stone inscription of Purnawarman in the inscription of Ciaruteun. Cadasari and Purnawarman’s foot have equal cultural symbols and meanings. Footprint of Cadasari shows the symbol of endorsement or legitimacy of the ruler at the time. Therefore, the stone of Cadasari means / implies that the region of Cadasari is a part of the power of Tarumanagara under the Purnawarman Governance.


Keywords


batu telapak, kawasan Cadasari, prasasti Ciaruteun,stone footprint, Cadasari area, Ciaruteun inscription.

References


Buku

Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Djafar, Hasan. 2010.

“Prasasti Batu Tulis Bogor” Dalam Amerta Vol. 29, No.1, Tahun 2011, hlm 1-9.

Ferdianto, Anton. 2010 “Peranan Sungai Dalam Perdagangan Masa Kerajaan Tarumanagara” dalam Perdagangan dan Pertukaran Masa Prasejarah-Kolonial. Tahun 2010, hlm 53-64. Jatinangor: Alqaprint.

Hardjasaputra,A.Sobana, dkk. 2011. Cirebon dalam Lima Zaman (Abad ke -15 hingga Pertengahan Abad ke-20).Bandung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.

Hakim, Budianto. 1996.“Simbol dalam Upacara Masyarakat Toraja: Suatu Aspek Megalitik. dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII, Cipanas 12-16 Maret 1996, Jilid 2. Jakarta Proyek Penelitian Arkeologi.

Iskandar,Yoseph, dkk. 2001. Sejarah Banten. Jakarta: Tryana Sjam’un Corp.

Kuntowijoyo. 1994.

Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Lubis, Nina H. 2004.

Banten dalam Pergumulan Sejarah. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Mundardjito, 1993.

Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs-situs Masa Hindu-Buddha di Daerah Yogyakarta. Kajian Arkeologi Ruang Skala Makro. Disertasi, Universitas Indonesia, hlm 4-234.

Munandar, Agus Aris. 2010.

Tatar Sunda Masa Silam. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Prijono, Sudarti, 2012.

“Situs Arkeologi di Kawasan Cadasari Kabupaten Pandeglang Kajian Aspek Fungsi” dalam Purbawidya, Vol.1, No.2. Tahun 2012, hlm 325-338.

________, 2014.

“Aspek-aspek Arkeologi pada Situs-situs Bercorak Megalitik di Kawasan Bantarkalong Tasikmalaya” dalam Purbawidya, Vol. 3, No.2. Tahun 2014, hlm 1-14.

Saptono, Nanang. 2012.

“Penelitioan Puncak-Puncak Peradaban di Pantai Utara Jawa Barat dan Proses Perjalanan Masyarakat Hindu” dalam Kapaltaru, Vol. 21 No.1 Tahun 2012, hlm 30-38. Jakarta. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Soejono, R.P. dan Leirissa, R.Z.(Ed). 2010. Jaman Prasejarah di Indonesia. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Subroto, Ph. 1995. “Pola-Pola Zona Situs-situs Arkeologi. Berkala Arkeologi Edisi Khusus Manusia” dalam Ruang Studi Kawasan dalam Arkeologi (XV): 133-143.

Sumadio, Banbang (ed). 1990. Jaman Kuna. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta : PT Gramedia.

Tim Peneliti. 2009. Masa Klasik Tarumanegara di Wilayah Pandeglang, Provinsi Banten. Laporan Penelitian Arkeologi. Bandung: Balai arkeologi Bandung.

Tim Peneliti. 2009. Laporan Penelitian Arkeologi Penanggulangan Kasus Di Kecamatan Cadasari Dan Sekitaranya,Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Bandung: Balai Arkeologi Bandung.

Widyastuti, Endang. 2010. “Aktivitas Perekonomian `Masyarakat di Muara Ciaruteun Pada Masa Klasik” dalam Perdagangan dan Pertukaran Masa Prasejarah-Kolonial Tahun 2010, hlm 43-52. Jatinangor: Alqaprint

Internet

Prasasti Ciaruteun dalam diakses dari http://www.disparbud.jabarprov.go.id.tanggal 2 Maret 2015. Pukul 11.00 WIB

Pandeglang Berkah (profil Daerah) diakses dari http://www.pandeglangkab.go.id, Tanggal 2 Maret 2015 , Pukul 14.00 WIB.

Sejarah Nusantara Pada Era hindu-Buddha diakses dari http://www. Sejarah Indonesia.com,Tanggal 1 April 2015. Pukul 10.00 WIB

Informan

Rosihan, Ood (60 tahun) . 2009. Tokoh Masyarakat. Wawancara, tanggal 1 Juni 2009 di Desa Ciijuk, Kecamatan Cadasari.

Kadot (73 tahun). 2009. Ketua RW Desa Cikentrung. Wawancara, tanggal 2 Juni 2009 di Desa Cikentrung, Kecamatan Cadas.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v7i2.100

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License