MENGANTAR ARWAH JENAZAH KE PARAI MARAPU : UPACARA KUBUR BATU PADA MASYARAKAT UMALULU, SUMBA TIMUR

Lukman Solihin

Abstract


Abstrak
Agama Marapu merupakan akar dari sistem sosial, politik, dan budaya orang Sumba. Di bidang sosial, ia mendasari terbentuknya pelapisan sosial dari kaum bangsawan, orang bebas, dan budak. Di bidang politik, golongan bangsawan mendapat legitimasi sebagai penguasa lokal (raja). Sementara di bidang budaya, agama ini melahirkan ritual yang diyakini berasal dari zaman megalitik, yaitu upacara kubur batu. Upacara ini diselenggarakan secara kolosal dengan melibatkan jaringan kerabat yang luas, pemotongan hewan dalam jumlah besar, penggunaan kain tradisional yang sarat makna, serta berbagai tahapan ritual yang dimaksudkan untuk mengantar arwah jenazah menuju alam leluhur (parai Marapu). Artikel ini mendeskripsikan konsep-konsep dalam agama Marapu dan manifestasinya dalam upacara kubur batu. Konsep-konsep dalam agama Marapu, meminjam analisis Clifford Geertz, telah menjadi model of reality dan model for reality bagi masyarakat Sumba dalam memahami kehidupan dan kematian. Sebagai model of reality, agama Marapu mengandaikan konsepsi ideal tentang kehidupan pasca-kematian, yaitu parai Marapu. Sementara sebagai model for reality konsepsi mengenai parai Marapu menjadi panduan (peta kognitif) untuk memuliakan orang yang meninggal melalui penyelenggaraan upacara kematian, pemberian bekal kubur, dan persembahan hewan kurban. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana proses pengumpulan data dikerjakan dengan cara melakukan observasi, wawancara mendalam, serta kajian pustaka. Informan dalam penelitian ini adalah kerabat atau anggota keluarga yang hadir dalam penyelenggaraan upacara kubur batu.

Abstract
Marapu belief is the root of the social, political, and cultural system of Sumba. Socially it underlies the formation of social stratification: the nobles, free people, andslaves. Politically, the nobility have legitimacy as local rulers (kings). Culturally, this belief has given birth to rituals called stone grave ceremony which dates back to megalithic era. The ceremony was held in a colossal way involving extensive network of relatives, large amount of animal slaughtering, the use of very meaningful traditional fabrics, as well as various stages of rituals that are meant to take the bodies to the millieu of an cestral spirits (Parai Marapu).This article describes the concepts of Marapu belief and its manifestations in the stone graveceremony. Borrowing Clifford Geertz’s analysis, concepts in Marapu belief have become a model of reality and models for reality for the people of Sumbain understanding life and death. As a model of reality, Marapu belief counts on ideal conception of life after-death that is Parai Marapu. Whileas a model for reality the conception of Parai Marapu becomes a guide (cognitive map) to honor the dead through the organization of the funeral ceremony, grave goods offering, as well as animal sacrifices. This study used a qualitative approach, in which the process of data collection was conducted through observation, in-depth interviews, and bibliographical review. Informants in this study were relatives or family members who attended the stone grave ceremony.


Keywords


parai Marapu, kubur batu, agama, Parai Marapu, stone grave, belief.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR SUMBER

Atmosudiro, Sumijati. 1982. “Kubur di Sumba Timur dan Status Sosial.” Artikel dalam majalah Basis, Februari 1982, hlm. 57-63.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

End, Th. Van den. 2001. Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an sampai Sekarang. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Kapita, Oe. H. 1976. Sumba di dalam Jangkauan Jaman. Waingapu: Panitia Penerbit Naskah-naskah Kebudayaan Daerah Sumba, Dewan Penata Layanan Gereja Kristen Sumba, Waingapu.

Murni, Sri. 2007. “Malaysia-Indonesia dalam Folklor Sumba.” Makalah pada “Persidangan 50 Tahun Merdeka: Hubungan Malaysia Indonesia, 17-21 Juli 2007 di Universiti Malaysia.

Melalatoa, M. Junus. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Jilid L—Z. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pritchard, E.E. Evans. 1984. Teori-teori tentang Agama Primitif, cet. pertama. Jakarta: Pusat Latihan, Penelitian, dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M).

Santana K., Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Soeriadireja, Purwadi. 2012. Marapu: Agama dan Identitas Budaya Orang Umalulu, Sumba Timur. Disertasi pada Pasca-Sarjana Universitas Indonesia, naskah belum diterbitkan.Wellem, Frederiek Djara. 2004. Injil dan Marapu: Suatu Studi Historis-Teologis Perjumpaan Injil dengan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1900. Jakarta: BKP Gunung Mulia.

Yewangoe, A.A. 1980. “Korban dalam Agama Marapu.” Artikel dalam majalah Peninjau (1980), hlm. 52-67.

Maria, Siti dan Julianus P. Limbeng. 2007. Marapu di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i2.135

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License