SEJARAH SOSIAL KABUPATEN LEBAK

Adeng .

Abstract


Abstrak
Tulisan mengenai Sejarah Sosial Daerah Kabupaten Lebak menggambarkan kehidupan masyarakat yang mencakup aspek geografi, pemerintahan, penduduk, budaya sinkretisme dan masyarakat adat, budaya, dan pendidikan. Untuk merekontruksi kembali menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiogarfi. Lebak menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Banten dan masyarakatnya menganut ajaran agama Islam. Pada abad ke-19 terjadilah perubahan politik di daerah tersebut. Perubahan itu seiring dengan semakin meluasnya kekuasaan Belanda di wilayah Banten yang ditandai oleh penghapusan Banten tahun 1808 oleh Daendels. Perkembangan selanjutnya pada masa pemerintahan Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816), Banten dibagi menjadi empat daerah setingkat kabupaten, yaitu: Kabupaten Banten Lor, Banten Kulon, Banten Tengah, dan Banten Kidul. Setelah kekuasaan dipegang kembali oleh Belanda, maka wilayah Banten dibagi menjadi 3 kabupaten yaitu: Kabupaten Serang, Caringin, dan Lebak. Perubahan berikutnya terjadi pada tanggal 14 Agustus 1925, Lebak menjadi sebuah kabupaten otonom. Kemudian, pada tahun 1950 mengenai pembentukan daerah-daerah dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Lebak dimasukkan ke dalam 25 Daerah Tingkat II di provinsi tersebut. Pada tahun 2003 Kabupaten Lebak menjadi bagian dari Provinsi Banten. Penduduk Kabupaten Lebak dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan, begitu pula di bidang sosial budaya dan pendidikan berkembang cukup dinamis.

Abstract
This study illustrates aspects of community life in Kabupaten Lebak in the 19th century. Then, Lebak was part of the Sultanate of Banten and most of the people embraced Islam. In the 19th century Lebak faced a political change due to the expanding power of theDutch in Banten. Daendels eliminated the Sultanate of Banten in 1808. During the reign of Lieutenant Governor-General Thomas Stamford Raffles (1811-1816) Banten was divided into four districts: Banten Lor (Northern Banten), Banten Kulon (Western Banten), Banten Tengah (Central Banten), and Banten Kidul (Southern Banten). When the Dutch regained its power in Banten, the region was divided into three disctricts: Serang, Caringin, and Lebak. In August 14, 1925 Lebak became an autonomous district. In 1950 District of Lebak was part of 25 districts in the Province of West Java, and since 2005 the district became part of the Province of Banten. Today, the population of Lebak has been increasing significantly every year and the educational and socio-cultural life has been developed quite dynamically. To reconstruct this history the author conducted method in history: heuristic, criticism, interpretation, and historiography.


Keywords


Lebak, sosial, budaya, pemerintahan, Lebak, social, culture, government

Full Text:

PDF

References


DAFTAR SUMBER

Adeng at.al., 2007.

Kota Dagang Banten sebagai Bandar Jalur Sutra, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Bandung.

----------- at al., 2011

Peninggalan Sejarah di Kabupaten Lebak, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Bandung.

Atmadibrata, Enoch, 2006.

Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat, Disbudpar Jawa Barat, Bandung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, 2005.

Kabupaten Lebak Dalam Angka 2005. Lebak.Bappeda, 2007.

Peta Administrasi Kabupaten Lebak dan Bakosurtana, Lebak.

Ekadjati, Edi S., 1986.

Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat Sampai dengan Tahun 1950, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Jakarta, 1986.

--------------------, 1995

Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya.

Ensiklopedia Nasional, Jilid 9, 1990.

Koentjaraningrat, 1984.

Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka.

Kartodirjo, Sartono, 1977.

Sejarah Nasional, Jilid VI, Jakarta: Balai Pustaka

Lubis, Nina Herlina at.al., 2006.

Sejarah Kabupaten Lebak, Pemerintah Daerah kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Makmur, Ade, 2001

Pamarentahan Baduy di Desa Kanekes: Perspektif kekerabatan,.

Putra, H.S., Ahimsa, 2004.

Jejak Masa Lalu, Sejuta Warisan Budaya, Yogyakarta: Kunci Ilmu.

Rostiyati, Ani, 2011.

Sistem Gotong Royong di Lampung Timur (Kasus di Desa Negara Nabung, Kecamatan Sukadana, Kebupaten Lampung Timur), Dirjen NBSF, Direktorat Kepercayaan, Jakarta.

Suryo, Djoko, 1996.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i2.137

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License