SEJARAH SENSOR FILM DI INDONESIA Masa Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang (1916 – 1945)

Heru Erwantoro

Abstract


Abstrak

Banyak persoalan di dunia perfilman Indonesia, salah satunya masalah penyensoran. Untuk menemukan akar permasalahan mengenai sensor film dilakukan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah. Dari penelitian ini didapatkan bahwa landasan (motif, tujuan, ideologi) yang berbeda yang diterapkan dalam penyensoran mengakibatkan hasil yang berbeda. Pada masa Hindia Belanda, dihasilkan film-film lokal yang bergenre Hollywood penuh dengan adegan seksual dan kekerasan. Film yang demikian itu, sebagai hasil dari politik pemerintah penjajahan Hindia Belanda yang menjadikan film sebagai media untuk merusak mentalistas rakyat Hindia Belanda. Sedangkan pada masa pendudukan Jepang, pemerintah sangat berkepentingan untuk mendapat dukungan dari masyarakat luas guna kepentingan perang melawan Sekutu. Maka, dihasilkanlah film-film dokumenter yang berbasiskan ilmu pengetahuan sebagai media propaganda yang dapat memaksimalkan mobilisasi rakyat. Kedua pemerintahan itu tidak bermaksud membangun dunia perfilman di Hindia Belanda, mereka hanya menggunakan film untuk kepentingannya masing-masing.

 

Abstract

There are many problems in Indonesian film cinema, which one is censorship. For found to root of the censorship film problems done by history research with history method. From result of this research, we founded that different basic of motivation, goal, and ideology which applicated in censorship to result in different produc too. Era Ducth Indies, produced local films with Hollywood genre full of sexual and violence. Those films as produc from political colonial Hindia Belanda which films as media for disturbed mentality of Hindia Ducth people. Whereas era Japanese, the government needs support from the people for war winning versus America. So that, era Japanese occupation produced documenter films which siences based as propaganda media which can be maxima mobilization the people. Two of government not means to develop films sector, they use film only for interesting by self.


Keywords


film, sensor, genre, Belanda, Jepang, film, cencor, genre, Ducth, Japanese.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ardan, S.M. 1984. Data Perbioskopan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video, Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia dan PERFIN. Erwantoro, Heru. 1989.

Usaha Badan Musyawarah Perfilman Nasional dalam Me-nentang Intervensi Politik Partai Komunis Indonesia di Bidang Perfilman (1964-1965). Skripsi. Bandung: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. _____. 1994. Sejarah Perfilman Indonesia Masa Kemerdekaan 1945-1994. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Hastuti, Rita. 1992. Berjuang di Garis Belakang dalam Layar Perak: 90 Tahun Bioskop Di Indonesia; Editor Haris Jauhari. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hauser, Arnold. 1982. The Sociology of Art. Chicago and London: The University of Chicago Press. Hewison, R. 1993. Culture and Consensus: England, Art, and Politics Since 1940. Londong: Routledge. Jauhari, Haris (Editor). 1992. Layar Perak: 90 Tahun Bioskop di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional; Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jilid 2. Jakarta: PT Gramedia. Kracauver, Sigfried. 1974. From Caligari to Hitler: A Psychological History of The German Film. New Jersey: Princeton University Press. Kurasawa, Aiko. 1993.

Mobilisasi dan Kontrol. Alih Bahasa oleh Hermawan Sulistyo. Jakarta: PT Gramedia. Kusuma Veronica dan Ignatius Haryanto. 2007. “Sensor Film di Indonesia”, dalam Ketika Sensor Tak Mati-mati (Penyunting Ignatius Haryanto). Jakarta: Yayasan Kalam. Lapian, dkk. 1988. Di Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua Orang yang Mengalaminya. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia. Notosusanto, Nugroho, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka. Paul Madsen, Roy. 1973. The Impact of Film. New York: Macmillan Publishing Co. Paulus, B.P. 1979. Garis Besar Hukum Tata Negara Hindia Belanda. Bandung: Alumni. Said, Salim. 1976. Perfilman di Indonesia: Sebuah Tinjauan Historis-Sosiologis. Skripsi. Jakarta: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Sen, Krisna. 1994. Indonesian Cinema: Framing The New Order. London: Zed Books. Siahaan, JE. 1983. Usmar Ismail Mengupas Film. Jakarta: Sinar Harapan. Surianingrat, Bayu. 1981. Sejarah Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Dewaruci Press. Tim Penyusun Teks Book Dirasat Islamiyyah IAIN Sunan Ampel. 1993. Teks Book Dirasat Islamiyyah III: Sejarah dan Kebudayaan Islam. Surabaya: Anika Bahagia.

Artikel

G. Dwipayana, ”Film sebagai Instrumen untuk Mengungkap Kembali Sejarah Politik Indonesia” dalam Majalah Ilmu dan Budaya, Th. IX, No. 6 Maret 1987. M. Sarief Arief, ”Refleksi Film Indonesia: Membangun Profesi-onalitas Lewat Sensor (1)”, Republika, 30 Maret 1996. _____.”Refleksi Film Indonesia: Mem-bangun Profesionalitas Lewat Sensor (2)”, Republika, 1 April 1996. _____.”Film Seks dan Sadis: Apa dan Mengapa? Republika, 20 Juli 1994. Riyadi Gunawan, ”Sejarah Perfilman Indonesia” Prisma No. 4. Tahun XIX. 1990. h. 22.

Dokumen Resmi Tercetak

Staatblad van Nederlandsch Indies Tahun 1916 No. 227; 1919 No. 337, 577, 742; 1920. No. 356; 1922. No. 688; 1925. No. 466; 1940. No. 507 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1992 Tentang Perfilman. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1994 tentang LSF.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v2i1.192

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License