PERKEMBANGAN WAYANG GANTUNG SINGKAWANG DAN UPAYA BERTAHAN DARI ANCAMAN KEPUNAHAN

Benedikta Juliatri Widi Wulandari

Abstract


Abstrak

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang seni pewayangan yang dikembangkan oleh masyarakat Tionghoa di Singkawang Kalimantan Barat, yang dikenal dengan nama Wayang Gantung Singkawang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan Wayang Gantung Singkawang sejak awal kedatangannya hingga saat ini, serta perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para pelaku seni Wayang Gantung Singkawang sebagai strategi untuk mempertahankan eksistensinya. Pendekatan kualitatif diterapkan dalam penelitian ini. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Wayang Gantung Singkawang telah mengalami kemunduran yang cukup pesat, disebabkan adanya kebijakan pemerintah Orde Baru yang membatasi penyelenggaraan adat istiadat masyarakat Tionghoa, perkembangan budaya pop dan media hiburan, serta permasalahan dalam proses regenerasi. Para pelaku seni wayang telah melakukan beberapa perubahan dalam cerita, tokoh dan durasi waktu pertunjukan, sehingga bersesuaian dengan permintaan penonton.

 

Abstract

This paper ia the result of research on a Chinese puppet show called wayang gantung Singkawang, developed by the Chinese community of Singkawang (West Kalimantan). The author tries to describe the ups-and-downs of wayang gantung Singkawang beginning from its arrival to the modifications enabled by the puppeteers in order to preserve its existence. A qualitative method was applied on the research, and data collecting was conducted by means of participants observations and in-depth interviews. The author finds that there is no progress in wayang gantung Singkawang due to the government policies during the New Order Regime (Rezim Orde Baru) which restricted any kinds of performaces related to the Chinese traditions. Meanwhile, the development of popular culture and some problems concerning regeneration make these things worst. The puppeteers have to make some modifications either by changing the plot of the story, the characters of the puppets, or making the showtime shorter.


Keywords


Wayang Gantung, Tionghoa, Singkawang, Wayang Gantung, Tionghoa, Singkawang.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Darmoko. 2004.

Seni Gerak dalam Pertunjukan Wayang: Tinjauan Estetika. Makara Sosial Humaniora, Volume 8 Nomor 2, Agustus 2004, Hlm. 83-89. Guritno, Pandam. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Heidhues, Mary Somers. 2008. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat. Jakarta: Yayasan Nabil. Mastuti, Dwi Woro R. 2004. Wayang Cina di Jawa Sebagai Wujud Akulturasi Budaya dan Perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Makalah (tidak diterbitkan) Seminar Naskah Kuno Nusantara bertema Naskah Kuno Sebagai Perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta, 12 Oktober 2004. Sedyawati, Edi. 2007. Keindonesiaan dalam Budaya (Buku 1, Kebutuhan Membangun Bangsa yang Kuat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Sunarto. 1989. Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta: Sebuah Tinjauan Tentang Bentuk, Ukiran, Sunggingan. Jakarta: Balai Pustaka. Sumber internet:

http://cetak.kompas.com. Wayang Potehi, dari China ke Jawa. Edisi Minggu, 11 Februari 2007. Diakses tanggal 28 Januari 2009.

http://english.cri.cn/4026/2008/12/03/1261s429274.htm. The Art of Marionette Puppetry. Diakses tanggal 14 Desember 2009. http://library.thinkquest.org/20443/puppetry.html. Puppetry. Diakses tanggal 14 Desember 2009.

http://www.ehow.com/about_5299315_did-string-puppetry-begin.html. When Did String Puppertry Begin? Diakses 14 Desember 2009.

http://traditions.cultural-china.com/en/16Traditions983.html. Quanzhou Puppets. Diakses tanggal 14 Desember 2009. Mulyana, Slamet. 2008. Dalang di Balik Wayang. http://wsmulyana. wordpress. com. Diakses tanggal 17 Februari 2009. Informan penelitian: Bong Ci Hui, 40 tahun, Humas Perkumpulan Shin Tian Cai, tinggal di Singkawang. Bong Cin Nen, 44 tahun, Anggota DPRD Kota Singkawang, tinggal di Singkawang.

Bong Thiam, 80 tahun, Seniman Tionghoa, tinggal di Singkawang.

Chin Khui Jan, 25 tahun, anak dalang Wayang Gantung Singkawang, tinggal di Singkawang. Chin Nen Sin, 67 tahun, dalang Wayang Gantung Singkawang, tinggal di Singkawang. Eddy Barlius, 50 tahun, pengamat budaya Tionghoa, tinggal di Singkawang. Liu Sun Chen, 61 tahun, tokoh Tionghoa, tinggal di Singkawang. Tai Siuk Jan, 60 tahun, pelaku seni Wayang Gantung Singkawang, tinggal di Singkawang. Wijaya, 46 tahun, Ketua Majelis Adat dan Budaya Tionghoa (MABT) Kota Singkawang, tinggal di Singkawang. X.F. Asali, 75 tahun, peneliti dan penulis budaya Tionghoa, tinggal di Pontianak.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v2i3.245

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License