EKSISTENSI DAN STRATEGI ADAPTASI KOMUNITAS ADAT DI JAWA BARAT
Abstract
Abstrak
Di Jawa Barat terdapat komunitas adat yang konsentrasi warganya tersebar di
beberapa pemukiman yang disebut kampung atau kampung gede (kampung induk).
Secara umum dapat diungkapkan bahwa warga komunitas adat yang ada di Jawa Barat
tersebut mendukung kebudayaan Sunda, yaitu yang sehari-harinya mempergunakan
bahasa Sunda dan merupakan masyarakat terbuka yang mudah sekali menerima
pengaruh dari luar, tetapi juga kemudian menyerap pengaruh itu sedemikian rupa
sehingga menjadi miliknya sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah warga
komunitas adat di Jawa Barat yang termasuk pendukung kebudayaan Sunda ini mudah
menerima pengaruh luar seperti masyarakat Sunda umumnya? Kajian menarik tentang
komunitas adat antara lain mencuatkan kenyataan bahwa warga komunitas adat selalu
berupaya patuh terhadap kasauran karuhun (perkataan/wasiat para leluhur) sehingga
dinamika kebudayaan mereka agak sulit terdeteksi dengan mudah. Komunitas adat
berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan berupaya mempertahankan
kondisi lingkungan alamnya dengan tetap mentaati aturan adat warisan para leluhur
sehingga setiap komunitas adat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
masyarakat lain. Para pendahulu mereka (leluhur) mengembangkan aturan-aturan
adat yang direalisasikan pada beberapa tabu/pamali/larangan/buyut. Aturan-aturan
adat tersebut mempunyai makna atau fungsi yang sangat luas. Aturan tersebut juga
berfungsi sebagai mekanisme kontrol dalam kebudayaan yang menahan dilakukannya
eksploitasi alam secara semena-mena, membuat masyarakat tetap sederhana, tidak
hidup berlebihan, dan tetap memegang prinsip kebersamaan sehingga keseimbangan
lingkungan, baik fisik maupun sosial, dapat dipertahankan. Mekanisme itu diselimuti
dengan sanksi moral, sehingga keadaan lingkungan relatif stabil dalam jangka waktu
relatif lama.
Abstract
There are many adat communities in West Java which concentrated in clusters
called kampung or kampung gede (main village). Generally, those adat communities
are part of Sundanese culture and use Sundanese language in their daily life. They also
openly received external influences and absorb them as their own. This research tries
to seek whether these communities can easily receive those external influences like
any other Sundanese. This actually would be interesting because adat communities
are usually obedient to the rules made by their ancestors, especially some taboos. The
rules have vast meaning and funtions. They are important in controlling the use of
natural resources, and teach the community to live in a modest life. The conclusion is
that the rules are still important in today’s life as well as for the future
Keywords
Full Text:
PDFReferences
DAFTAR PUSTAKA
Ember, Carol R. dan Melvin Ember.
”Konsep Kebudayaan” dan ”Teori
dan Metode Antropologi Budaya”,
dalam T.O. Ihromi, Pokok-pokok
Koentjaraningrat. 1974.
Kebudayaan Mentalitet dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Sucipto, Toto. 1990.
Arsitektur Tradisional Rumah
Masyarakat Kampung Dukuh.
Skr ips i . Bandung: Jurus a n
Antropologi Unpad.
Warnaen, Suwarsih et. al. 1987.
Pandangan Hidup Orang Sunda
seperti Tercermin dalam Tradisi
Lisan dan Sastra Sunda. Bandung:
Depdikbud. Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Sunda.
Antropologi Budaya. Jakarta:
Gramedia.
Ihromi, T.O. 1980.
Pokok-pokok Antropologi Budaya.
Jakarta: Gramedia.
Indonesia. Depdikbud. 1981/1982.
Arsitektur Tradisional Daerah
Jawa Barat. Bandung: Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah.
DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v3i3.267
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Patanjala Indexed by :
ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.