DINAMIKA TATA NIAGA KOPRA DI MINAHASA (1946-1958)

Hasanuddin Anwar

Abstract


Telah menjadi ingatan kolektif masyarakat Minahasa bahwa tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi. Dalam konteks ini, pengolahan kelapa menjadikan kopra merupakan produk penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan di daerah Minahasa. Setelah Indonesia merdeka, terjadi perebutan monopoli tata niaga kopra baik melalui Pemerintah Pusat (Jakarta), Pemerintah Daerah (Minahasa), maupun militer (Teritorium VII Wirabuana). Hal ini menyebabkan tata niaga kopra semakin tidak terkendali. Ekspor kopra yang diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi berubah menjadi masalah politik setelah munculnya peristiwa Permesta. Mengacu pada masalah tersebut, artikel ini bertujuan mendeskripsikan kondisi historis tata niaga kopra di Minahasa tahun 1946-1958. Secara metodologis, artikel ini merupakan studi yang bertumpu pada penelitian pustaka dan arsip. Akhirnya artikel ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan Pemerintah Pusat dalam mengatur tata niaga kopra menimbulkan kekecewaan dan diskriminasi bagi masyarakat Minahasa. Timbulnya kekecewaan masyarakat Minahasa menyebabkan tata niaga kopra sebagai kekuatan ekonomi berubah menjadi gerakan politik anti Pemerintah Pusat. 

 

It has become a collective memory of the Minahasa community that coconut plants (Cocos nucifera L.) are strategic commodities that have a social, cultural, and economic role in their lives. In this context, coconut processing makes copra an important product in improving the welfare of farmers and regional development. After Indonesian independence, the copra trading system being monopolized by Copra Foundation, which controlled by central government (Jakarta), local government (Minahasa), and military (Teritorium VII Wirabuana. This causes the copra trade system to become increasingly out of control and dissatisfaction of the Minahasa community. Copra as an economic power turns into an anti-Central Government political movement. There was a takeover of a number of CopraFoundation assets in Manado, and established the Minahasa Coconut Foundation. Then came the demands of regional autonomy by forming the Province of North Sulawesi. The Port of Bitung as an in-out gateway for goods, was only used for barter trade and smuggling of copra abroad, especially Singapore which involved a number of Minahasa civilian officials and military officers. Copra exports are expected to contribute economically has turned into a political problem.




Keywords


Kopra, Tata Niaga, Yayasan Kopra, Minahasa, Pelabuhan Bitung.

Full Text:

PDF

References


Arsip

Arsip Propinsi Sulawesi (Rhs). No. Reg. 641.

Arsip pribadi M Saleh Lahade. No Reg. 325.

Surat Kabar dan Majalah

“Demonstraties in Manado en Bitung. Schip dat klappermeel zou laden vertrok onverrichter zake”. De nieuwsgier, 16 Juni 1956, hlm. 2.

“De koprasmokkel in Indonesië. Demonstratie tegen Duits schip”. Nieuwsblad van het Noorden, 18 Juni 1956, hlm. 2.

“Kopra-kwestie: Overste Worang bij Chef-staf”. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23 Juni 1956, hlm. 2.

“Het leger en de illegale uitvoer: PG en chefstad zullen nog overleggen”. De nieuwsgier, 21 Juli 1956, hlm. 2.

“Problemen van een verafgelegen daerah. Ook in de Minahasa meent men door Djakarta stiefmoederlijk te worden behandeld. Ontevredenheid bracht nieuwe Opbouwpartij groot verkiezingssucces door PIA’s korrespondent te Manado”. De nieuwsgier, 6 Agustus 1956, hlm. 2.

“Bitung Zeehaven”. De nieuwsgier, 11 Agustus 1956, hlm. 1.

“Onderzoek koprafonds in Minahassa”. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 8 Oktober 1956, hlm. 2.

“Nd.-Celebes neemt heft in eigen hand, Manado breekt met hoofdstad Makassar”. Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 08 Januari 1958, hlm. 2.

Jurnal, Makalah, Laporan Penelitian, Skripsi, dan Tesis

Nadjamuddin. “Analisis Historis Terhadap Potensi Ekonomi di Sulawesi Selatan Indonesia Bagian Timur 1945-1949” dalam Socia Vol. 11 No. 1. Mei 2012. Hlm. 93-104.

Wahyono, Effendi. 1996.

Pembudidayaan dan Perdagangan Kopra di Minahasa (1870-1942). Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Buku

Asba, Rasyid. 2007.

Kopra Makassar Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bemmelen, Sita van dan Remco Raben. 2011. “Sejarah Daerah Tahun 1950-an dan Dekonstruksi Narasi besar Integrasi Nasional”, dalam Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an. Pembongkaran Narasi Besar Integrasi Bangsa. Sita van Bemmelen dan Remco Raben (peny.). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta, hlm. 1-17.

Djenaan, Lily. 2005.

“Kami Bukan Pencuri: Perempuan Sangihe di Kebun Kelapa Lalow”, dalam Ingat(!)an: Hikmat Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu Rakyat. Budi Susanto (ed.). Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Studi Realino, hlm. 21-74.

Dick, Howard. 2011.

“Ekonomi Indonesia Pada Tahun 1950-an: Kasus Beraneka Jaringan Serta Hubungan Pusat-Daerah”, dalam Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an. Pembongkaran Narasi Besar Integrasi Bangsa. Sita van Bemmelen dan Remco Raben (peny.). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta, hlm. 37-63.

Frederick, William. H & Soeri Soeroto, (peny.). 1984.

Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.

Gde Agung, Anak Agung. 1985.

Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gottshalk, Louis. 1986.

Mengerti Sejarah, dalam Nugroho Notosusanto (terj.). Jakarta: UI Press.

Harvey, Barbara S. 1984.

Permesta: Pemberontakan Setengah Hati. Jakarta: Grafiti Pers.

Henley, David. 2005.

Fertility, Food And Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi, 1600-1930. Leiden: KITLV Press.

Kartodirdjo. Sartono. 2014.

Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kementerian Penerangan. 1953.

Republik Indonesia: Propinsi Sulawesi. Jakarta: Kementerian Penerangan.

Kuntowijoyo. 1995.

Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng.

Leirissa, R.Z. 1991.

PRRI-PERMESTA: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ricklefs, M.C. 2009.

Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Sutiono, Benny G. 2000.

Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: TransMedia.

Sumber Lisan/Informan

Lengkong, Lona (65 tahun). 2017.

Pensiunan Kepala Dinas Infokom Prop. Sulut, Tokoh Masyarakat Tonsea. Wawancara, Manado, 15-16 Agustus 2017.

Pettananai Besse, Abubakar (75 tahun). 2017.

Tokoh Masyarakat Kema. Wawancara, Kema, Minahasa Utara, 3 Agustus 2017.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v10i2.381

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License