SUGRA: TOKOH PERINTIS DAN DINAMIKA TARLING INDRAMAYU (1930-1997)

Lasmiyati Lasmiyati

Abstract


Penelitian tentang Sugra dilakukan dengan tujuan untuk mengenang tokoh perintis tarling di Indramayu yang selama ini kurang dikenal di kalangan luas. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sejarah biografi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi lapangan, dan studi pustaka. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa  tokoh tarling di Indramayu  dibedakan menjadi dua: tokoh perintis dan tokoh pengembang. Tokoh perintis adalah Sugra. Ia hanya menekuni kesenian tarling di wilayah Indramayu, walaupun  pernah bermain tarling di Cirebon. Tokoh pengembang adalah  mereka yang mampu mengembangkan kesenian tarling ke Cirebon, walaupun mereka berasal dari Indramayu. Walaupun Sugra hanya bermain tarling di Indramayu, masyarakat Indramayu tetap menganggap Sugra sebagai perintis tarling. Sugra juga mampu mengajak pemuda Kepandean untuk bermain tarling, walaupun peralatannya masih sederhana. Tugu tarling didirikan di tempat Sugra merintis kesenian tarling. Nama Sugra pun diabadikan menjadi nama gedung kesenian Mama Soegra dan rumah seni  Griya Sugra.


The study on Sugra was carried out with the aim of perpetuating the existence of the Indramayu tarling music pioneer for the reason of his less well-known. It used the historical methods with a biographical historical approach. The data was collected by means of interviews, field studies, and literature studies. Studies have shown that the leading figures of tarling music in Indramayu involved the pioneer and the settlers. The pioneer was Sugra. He devoted himself to his work as a tarling musician in Indramayu. Furthermore, he also promoted tarling music in Cirebon. Moreover, settlers were generally those originating from Indramayu and were considered as the key musicians in the development of tarling music in Cirebon. Despite Sugra’s stage was limited in Indramayu, the locals still consider him as the pioneer of tarling.  With his simple musical instruments, he visited a group of youths in Kepandean sub-district, playing music, and conducting sing-alongs. A monument forming tarling musical performance was erected in Indramayu to his memory. His name was even continued in that of two art galleries Mama Soegra and Griya Sugra.


Keywords


Sugra, tarling indramayu, Indramayu

Full Text:

PDF

References


Dasuki. (1977). Sejarah Indramayu. Indramayu: Pemda Kab. Indramayu.

Dede, P. (2015). Tonel: Teaterikalitas Pascakolonial Masyarakat Tansi Sawahlunto. Kajian Seni, 1 (02), 114-129.

Hidayat, R. (2015). Seni Tarling dan Perkembangannya di Cirebon. Calls, 1 (1), 52-66.

Kasim, S. (2007). Tarling Migrasi Bunyi dari Gamelan ke Gitar Suling. Indramayu. Indramayu: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu.

Kasim, S. (2016). Sejarah, Syarah, Sejare-jare: Upaya Pemetaan Sejarah Indramayu, dalam buku Cimanuk Perspektif Arkeologi, Sejarah, dan Budaya.

Cirebon: LovRinz Publishing bekerjasama dengan Panpel Festival Cimanuk 2016, Disporabudpar Kab, Indramayu.

Kasim, S. (15 Juni 2016 dan 17 Desember 2019). Wawancara.

Kuntowojoyo. (2003). Metodologi Sejarah, edisi kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Martaatmadja, S. (2016). Tarling Berasal Dari Indramayu. diakses 11 Mei 2020 dari http://www.KK291,1 FM.Indramayukab,go.id.

Muhsin, M. A. (2002). Filsafat Sejarah dalam Islam. Yogyakarta: Khasanah Pustaka Indonesia.

Merlina, N. (2012). Tarling, Kesenian Tradisional Daerah Pantura. Patanjala, 4 (3), 497 – 510.

Mulyani, Y. (2012), Teks Tarling: Representasi Sastra Liminalitas Analisis Fungsi dan Nilai. Metasasta, (5) 1, 92-101.

Nono. (17 Desember 2019). Wawancara.

Nugroho, A. (2016) Muara Cimanuk, Muara Kebudayaan: Simptom Geografis Sekaligus Estetis. Dalam buku Cimanuk Perspeltif Arkeologi, Sejarah, dan Budaya. Cirebon, LovRinz Publishing bekerjasama dengan Festival Cimanuk 2016 Disporabudpar Kab. Indramayu.

Penerbitan Sejarah Lisan No. 4. (1988). Dibawah Pendudukan Jepang, Kenangan Empat Puluh Dua Orang Yang Mengalaminya. Jakarta: Arsip Nasional Indonesia.

Ramdhan, A. (17 Desember 2019). Wawancara.

Salim. (2015). Perkembangan dan Eksistensi Musik Tarling Cirebon. Catharsis: Journal of Arts Education, (4) 1, 65-70.

Sasongko, G.W. & Suparta, I.M. (2014). Lakon Tarling Sandiwara Istri Durhaka: Analisis Konflik Antar Tokoh dan Kritik Sosial. Diakses dari http://www.lib.ui.ac.id. FIB UI, hlm. 3.

Soekanto, S. (1985). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, S. & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi revisi Jakarta: Raya Gravindo Persada.

Sunardjo, U. (19843)., Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan, Kerajaan Cerbon 1479-1809. Bandung: Tarsito.

Susanto, A. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta.

Tamburaka, R. E. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Litbang Kompas. (2003). Profil Daerah Kabupaten dan Kota, Jilid 2, Kabupaten Indramayu. Jakarta: kompas.

Tim Penyusun KBBI, (2011).

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi IV. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tinus, A. (17 Desember 2019). Wawancara.

Upandi, P. & Hadi, Y. S. (2011). Gamelan Salendro, Gending dan Kawih Kepesindenan Lagu-lagu Jalan. Bandung: Ludruk Agung.

Widodo, J. (1998). Kesaksian Menjelang Jatuhnya Pemerintah Hindia Belanda Tahun 1942. Pikiran Rakyat 21 Mei 1998.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v12i2.633

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License