PANASNYA MATAHARI TERBIT DERITA RAKYAT SUKABUMI PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945

Sulasman .

Abstract


Abstrak

Tulisan ini bertujuan menggambarkan penderitaan rakyat Sukabumi masa Pendudukan Jepang. Untuk merekonstruksi peristiwa itu digunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada awal kedatangannya, tentara Jepang disambut dengan antusias oleh masyarakat Sukabumi. Dengan harapan mereka dapat membebaskan belenggu dari penjajahan Belanda. Banyak tokoh di Sukabumi yang membantu proses pengambilalihan kekuasaan dari tangan Belanda ke Pemerintah Pendudukan Jepang. Ternyata harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Kebijakan-kebijakannya banyak merugikan bangsa Indonesia. Kebijakannya lebih menekannkan ke arah bagaimana Bangsa Indonesia bisa membantu kepentingannya untuk menjadi imperium baru menggantikan Pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah Pendudukan Jepang telah menggunakan simbol-simbol agama, seperti ulama dan kiai sebagai alat propaganda untuk mendukung program ekonomi perangnya. Ulama dan kiai dididik melalui Program Pendidikan Kader Ulama. Setelah mereka mengikuti pendidikan, diwajibkan menjadi propagandis Pemerintah Pendudukan Jepang dalam program wajib serah padi dan romusha. Kebijakan Pemerintahan Pendudukan Jepang yang melibatkan tokoh tokoh ulama telah menempatkan posisi ulama dan kiai yang tadinya terhormat menjadi tidak terhormat, karena mereka dianggap terlibat dalam peristiwa yang membuat masyarakat Sukabumi mengalami penderitaan. Masyarakat Sukabumi jatuh dalam kemiskinan dan penderitaan ekonomi secara sistematis. Kehidupan masyarakat Sukabumi di bawah Pemerintahan Pendudukan Jepang mengalami penderitaan lahir dan batin.

 

Abstract


This text aims to describe the Sukabumi’s people sufferings at the time of Japanese occupation in Indonesia. For reconstructing the event, it uses the historical method which includes Heuristics, Critics, Interpretation, and Historiography. The result of this study shows that at the beginning of its arrival, the Japanese Troops was enthusiastically welcomed by the Sukabumi’s people. They hoped that the troops can free the people from the Dutch imperialism. There were many figures from Sukabumi who helped the Japanese troops to take over the power from Dutch. In fact, that hope was not realized. The Japanese policies were disadvantageous for Indonesian people. Those policies were emphasized more on how the Indonesian people help the Japanese tobecome the new imperium which substitute the Dutch Colonial Government. The Japanese troops had used the religious symbols such as the scholars and the Kiai as a tool of propaganda to support their economic war program. The scholars and Kiai were trained through The Scholar Cadre Training Program. After trained, they should become the Japanese propagandists in order to tell and ask people to join the paddy grain sharing program and also romusha program. The Japanese policies that involved the scholar figures had replaced the scholars’ and Kiais’ position from the honoured one to become the dishonoured one. It was because they were assumed to be responsible for the Sukabumi’s people suffering. The Sukabumi’s people suffered from the poverty and also suffered from the systematically economic decreasing. The Sukabumi’s people life was physically and psychologically suffering under the Japanese occupation.


Keywords


Sukabumi, Jepang, Pendudukan, Sukabumi, Japan, Occupation.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR SUMBER

Buku

Anderson, Benedict O’Gorman. 1988. Java in A Time of Revolution, Occuption and Residentence 1942-1946 Revolusi Pemoeda; Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Diterjemahkan oleh Jiman Rumbo Jakarta: Sinar Harapan. Benda, Harry J. 1958. The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942- 1945. The Hague van Hoeve. Haasse, Hella S. 1994. Heren van de Thee. Den Haag: Callenfels. Iskandar, Muhammad. 2000. Peranan Elit Agama Pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Jaya, Ruyatna. 2002. Sejarah Sukabumi. Pemda Kota Sukabumi. Kanahele, George Sanford. 1967. The Javanese Occupation of Indonesia: Prelude to Independence. Cornel University. Kunto, Haryoto. 1984. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung. Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-145. Alih bahasa oleh Hermawan Sulistyo Jakarta: Gramedia. Kurasawa, Aiko. 1988.Pendudukan Jepang dan Perubahan Sosial: Penyerahan Padi Secara Paksa dan Pemberontakan Petani Di Indramayu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lubis, Nina Herlina. 1998. Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942, Bandung: Pusat Kebudayaan Sunda. Nagazumi, Akira ( penyunting ). 1988. Pemberontakan Indonesia Di Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara PETA Pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Mawardi, A. Mukhtar. 1985. Haji Ahmad Sanusi Hidup dan Perjuangannya. Skripsi Sarjana. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, Jakarta, Balai Pustaka. Sulasman. 2008. K.H. Ahmad Sanusi Berjuang Dari Pesantren Hingga Parlemen. Bandung: PUI Press. ______. 2008. K.H. Ahmad Sanusi Berjuang Dari Pesantren Hingga Parlemen, dalam Ulama Ulama Perintis Biografi Pemikiran dan Keteladanan. Bandung: MUI Kota Bandung. Tan Malaka. 2000. Dari Penjara ke Penjara Jilid II, III. Jakarta:Teplok Press.

Surat Kabar

Asia Raja, tanggal 28 Mei 1942. Soeara Moeslimin Indonesia Vol. II No. 17 tanggal 1 September 1944. Soeara Asia, bulan April 1944.

Informan

Halim (88 Tahun). Mantan Pedagang Keliling di perkebunan Parakansalak.Wawancara. Parakansalak. 10 Mei 2004. Dadun Abdulqohar (90 Tahun). Mantan Hisbullah. Wawancara. Cibadak. 25 Maret 1999. Nining (94 Tahun) Mantan Pemetik Teh Perkebunan Parakansalak, wawancara Parakansalak. 14 Pebruari 2004. Engkom (85 Tahun). Isteri Romusha. Wawancara. Sukabumi. 7 Juli 2004. Sanukri (87 Tahun). Mantan Hizbullah. Wawancara. Sukabumi. 20 Juli 2004. Nengsih (80 Tahun). Isteri Romusha. Wawancara. Sukabumi. 1 Juli 2005. Oci (88 Tahun). Mantan Romusha. Wawancara. Sukabumi. 20 Mei 2004. Maemunah (85 Tahun). Isteri Romusha. Wawancara. Sukabumi. 30 Agustus 2004. Jahari, ( 87 Tahun). Mantan Romusha. Wawancara. Sukabumi. 12 Januari 2003. Sam Indit (88 Tahun). Mantan Romusha. Wawancara. Sukabumi. 20 Januari 2003. Syafe’i ( 85 Tahun). Mantan Romusha. Wawancara. Sukabumi. 14 Januari 2003.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i3.97

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License