SEJARAH SINGKAT KERAJAAN CIREBON

Heru Erwantoro

Abstract


Abstrak

Adanya kecenderungan beberapa daerah yang dahulunya merupakan pusat kerajaan untuk membentuk provinsi sendiri merupakan fenomena yang muncul di era reformasi. Di Jawa Barat, setelah Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat dan membentuk Provinsi Banten, kini giliran  Cirebonberkeinginan juga untuk memisahkan diri dan membentuk provinsi tersendiri. Adanya fenomena  untuk memisahkan diri itu tentu saja menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan wilayah-wilayah yang  dahulunya pernah menjadi pusat kerajaan? Berbagai persoalan masa kini sesungguhnya dapat dimengerti dan dicarikan solusinya melalui pendekatan ilmu sejarah. Begitu juga dengan fenomena keinginan Cirebon untuk membentuk provinsi sendiri. Dari penelusuran sejarah dapatlah dikatakan bahwa  momentum reformasi dan otonomi daerah mendorong para elit Cirebon bernostalgia dengan masa lalu. Romantisme akan masa keemasan Kerajaan Cirebon menjadi model ideal untuk membangun wilayah Cirebon dan sekitarnya  di masa yang akan datang. Memang pada masa keemasan Kerajaan Cirebon, Cirebon mengalami perkembangan yang pesat dalam segala bidang kehidupan. 

 

Abstract

 

After reformation, some regions that were previously kingdoms claimed their status for province. First, Banten in the Province of West Java has succeeded in doing it and Cirebon is following to do the same. This is very interesting: claim for separation emerged from regions that were previously great, independent kingdoms. What is really happening? The author conducted history method to seek solution for this problem. The result shows that the elites of Cirebon court want to revive old glory of their kingdom when it experieced many great achievements in almost every areas of life. Those glorious time become model for them to build future Cirebon. This romanticism has been driven by political situation, especially reformation and regional autonomy.


Keywords


zaman keemasan, Cirebon, otonomi, provinsi, golden age, Cirebon, autonomy, province.

Full Text:

PDF

References


Adeng, et. al., 1998. Kota Dagang Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Atja. 1972. Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari. Jakarata: Ikatan Karyawan Museum.

_______, 1986. Carita Purwaka Caruban Nagari; Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

_______, 1988. Menjelang Penetapan Hari Jadi Pemerintahan Kabupaten Cirebon. Cirebon: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon.

_______, dan Edi Ekajati. 1989. Pustaka Rajya- rajya I Bhumi NusantaraI. I. Suntingan Naskah dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

Ekadjati, S. Edi. 1991. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

_______, 1978. Babad Cirebon Edisi Brandes Tinjauan Sastra dan Sejarah. Bandung: Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran.

Hermana. 1994/1995. Pola Kehidupan Santri di Pesanttren Jagasatru Kotamadya Cirebon. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Kajian Jarahnittra.

Lubis, Nina Herlina, et.al. 2003. Sejarah Tatar Sunda. Jilid I. Bandung: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Johan, Irma M. 1995/1996. Penelitian Sejarah Kebudayaan Cirebon dan Sekitarnya Antara Abad XV- XIX: Tinjauan Bibliografi. Makalah Diskusi Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek IDS.

Lasmiyati, 1995. Sejarah Keraton Kasepuhan di Kotamadya Cirebon. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Kajian Jarahnitra, Bandung.

Rafles, Thomas S., 1817. The History of Java Vol. II. London.

Salana. 1978. Sejarah Cirebon I (Stensilan).

Sudjana, T.D. 1995/1996, Pelabuhan Cirebon Dahulu dan Sekarang. Makalah Diskusi Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek IDSN.

Sulendraningrat, P.S. 1968. Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli. Tjetakan ke-2. Tjirebon: Pustaka.

_______, 1975. Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah. Cirebon: Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon.

Sunardjo, RH Unang. Tanpa Tahun. Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintah Kerajaan Cirebon 1479-1809. Cirebon.

Suyitno, Aang, et.al. 1991. Bunga Rampai Jawa Barat. Bandung: Yayasan Wahana Citra Nusantara.

Tedjasubrata. 1966. Sedjarah Tjirebon Kawedar Bahasa Daerah Tjirebon. Djilid II, Bagian III- IV. Tjirebon: Tanpa Penerbit.

Tjandrasasmita, Uka. 1976. Masuknya Islam ke Indonesia dan Tumbuhnya Kota-kota Pesisir Bercorak Islam. Jakarta: Bulletin Yaperna, Np. II tahun III, Pebruari 1976.

_______. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v4i1.130

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License