SISTEM PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT CIDAUN – CIANJUR SELATAN SEBAGAI WUJUD ADAPTASI BUDAYA

Rosyadi Rosyadi

Abstract


Abstrak

Sistem pengetahuan lokal, kearifan lokal atau kearifan tradisional (indigenous knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik antara masyarakat dengan lingkungannya. Masyarakat Cidaun di kawasan selatan Kabupaten Cianjur memiliki banyak keunikan, baik alam maupun penduduknya. Kondisi geografis Cidaun yang penuh tantangan, memberikan dorongan kepada masyarakatnya untuk lebih memahami lingkungan alamnya. Berbagai peristiwa dan fenomena alam yang mereka hadapi sehari-hari tersebut serta hubungan intensif dengan lingkungan alamnya telah membentuk sistem pengetahuan lokal yang sekaligus menjadi strategi adaptasi budaya masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tulisan ini mengkaji sistem pengetahuan lokal masyarakat Cidaun dalam kaitannya dengan lingkungan tempat mereka berpijak dan melakukan aktivitas dalam menggeluti mata pencaharian hidupnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif serta menggunakan metode deskriptif dengan teknik memaparkan berbagai fenomena budaya, apa yang mereka alami, mereka ketahui, dan interpretasi mereka terhadap fenomena-fenomena yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

 

Abstract

Local knowledge systems, indigenous or traditional knowledge  are typical knowledge belonging to a particular community or culture that has evolved over many years as a result of the reciprocal relationship between people and their environment. Cidaun communities in southern Cianjur has many unique, both nature and its inhabitants. Cidaun geographical conditions challenging, giving encouragement to the people to better understand the natural environment. Various events and natural phenomena that they face daily and intensive built a relationship with the natural environment and has established a system of local knowledge as well as a strategy of cultural adaptation in living everyday life. This article examines the system of local knowledge Cidaun community in relation to the environment in which they stand and wrestle activity in his livelihood. This research is qualitative and descriptive methods with techniques explained various cultural phenomena, what they experienced, they know, and their interpretation of the phenomena encountered in daily life.


Keywords


pengetahuan lokal, adaptasi, budaya, local knowledge, adaptation, culture.

Full Text:

PDF

References


Buku

Bennet, J.W. 1976. The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Action. New York: Pergamon Press Inc.

Mitchell, Bruce., Bakti Setiawan, Dwita Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu, M.J. (1996). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramitha.

Kartawinata, Ade M. (ed). 2011. Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi. Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jakarta.

Kusnadi. (2009). Keberdayaan Nelayan & Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Jember dan Ar-Ruzz Media.

Nasruddin, 2011. “Patorani: Sang Pemburu Ikan Terbang”, dalam Buku Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi. Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jakarta.

Nygren, A. 1999. “Local Knowledge in the Environment-Development Discourse: From Dicotomies to Situated Knowledge”, Critique of Anthropology 19 (3): 267-288.

Suparlan, Parsudi. 2005. Suku bangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta: Yayasan Pengem-bangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Firth, Raymond. 1966. Tjiri-tjiri dan Alam Hidup Manusia. Terj. B. Mochtan dan A. Puspanegara. Bandung: Tarsito.

Jurnal

Antropologi Indonesia (Majalah Antropologi Sosial dan Budaya Indonesia), No. 55, XXII, 1998, Penerbit Jurusan Antropologi FISIP UI, Jakarta.

Jurnal Analisis CSIS. 1995. Kebudayaan, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan. CSIS Jakarta.

Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1, Juli 2012: 68-78.

Makalah

Kartawinata, Ade M. “Keberadaan Komunitas Adat di Tengah Arus Globalisasi”. Makalah disampaikan pada Workshop dan Festival Komunitas Adat “Mewujudkan Indonesia Kreatif melalui Pemberdayaan Komunitas Adat”, diselenggarakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata – Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisonal Bandung tanggal 22 Juli 2009.

Purwana, Bambang H. Suta, “Naga”: Modal Sosial dan Pola Interaksi Sosial Komunitas Kampung. Kertas Kerja Pelatihan Teknis Peneliti Nilai Budaya. Bandung 2004.

Surat Kabar

Iskandar. Johan.

“Mitigasi Bencana Lewat Kearifan Lokal”, Kompas, 6 Oktober 2009.

Internet

Baharudin, Erwan. Mahasiswa Pascasarjana Antropologi Universitas Indonesia, Jakarta. Kearifan Lokal, Pengetahuan Lokal dan Degradasi Lingkungan. http://www.esaunggul.ac.id/category/epaper/

Gobyah, I Ketut, “Berpijak pada Kearifan Lokal”, dalam http://www.balipos. co.id , didownload 17/9/03.

“Hak Masyarakat Adat: Ketegangan Antara Kewajiban Negara dan Realitas Kebutuhan: Studi Kasus Kasepuhan Sirnaresmi dan Citorek”. Diakses dari http://www.scribd.com/ doc/36105858/Riset-Hak-Masyarakat- Adat-Kasus-Kasepuhan-Naskah-Final




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/ptj.v6i3.173

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License