FESTIVAL PEH CUN Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota Tangerang

Rosyadi .

Abstract


Abstrak

Penelitian ini mencoba menelusuri sejarah lahirnya sebuah tradisi Peh Cun yang biasa dilakukan oleh etnis Cina di Kota Tangerang. Peh Cun adalah salah satu perayaan hari besar etnis warga keturunan Cina yang jatuh pada hari kelima bulan kelima (go gwee cee go) di tahun Imlek. Tradisi Peh Cun ini merujuk pada legenda tentang seorang pembesar pada masa Dinasti Couw (340-278 SM), yang juga seorang sastrawan dan budayawan besar, yaitu Khut Goan.Tradisi ini juga identik dengan Festival Perahu Naga di Kali Cisadane, Kota Tangerang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Prosedur penelitian mengarah pada penggambaran situasi secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai sejumlah gejala, seperti fenomena upacara tradisional Peh Cun yang hingga kini masih dilaksanakan oleh komunitas Cina di lokasi penelitian.

 

Abstract

This research tries traces history of Peh Cun tradition which usualy done by ethnical of China in Kota Tangerang. Peh Cun is one of big celebration of ethnical Chinese, falling at fifth day of fifth month (go gwee cee go) in callender of Imlek. Tradition of Peh Cun refers to legend about a magnifier during Dynasti Couw, also a big man of letters and culture, that is Khut Goan. This tradision is also identical with Festival Perahu Naga in Cisadane River, Town Tangerang. This research use the kualitative research which analysis descriptive aproach. This prosedure differs to description of situations systematicly, factualy and acurately about some phenomenas, such as the existension of traditional ceremony of Peh Cun of the China community in location of this research.


Keywords


Peh Cun, tradisi, Cina, Peh Cun, tradition, China.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Cahya Ningrum, Siwi Yunita. 2008. “Makam Sunan Gunung Jati, dari Sebuah Kisah Cinta”, dalam Kompas, Sabtu 2 Februari 2008. ______. 2008. ”Sebuah Catatan Sejarah Kampung Pecinan”, dalam Kompas, Sabtu 2 Februari 2008. Handoko, Ignatius dan Dwi Bayu Radius. 2008. “Makanan Sebagai Media Pem-bauran”, dalam Kompas, Sabtu 2 Februari 2008. Hidayah, Zulyani. 2007 “Hubungan Antar Budaya”. Makalah. Koentjaraningrat. 1993. Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional. Penerbit Uni-versitas Indonesia, UI Press, Jakarta. Kompas, Senin 03 Februari 2003. “Akulturasi Cina Benteng, Wajah Lain Indonesia”, Lubis, Nina Herlina. 2007. “Perjalanan Komunitas Tionghoa di Tatar Sunda”, dalam Kompas, Sabtu 17 Februari 2007. Marcus AS, 2002. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta. Penerbit Marvin. Melly G. Tan, 1987. “Cina Muslim di Indonesia”. Prisma. Purwanto, Harri. 1989. “Pembubaran Etnik Cina”. Yogyakarta. Buletin Antropologi – UGM. Putra, Heddy Shri Ahimsa, 2007. “Tradisi/Adat-Istiadat: Pemahaman dan Penerapannya.” Makalah. ______. 2007. “Peran dan Fungsi Nilai Budaya dalam Kehidupan Manusia”. Makalah. Setiono, Beni G. 2005. ”Pasang Surut Hubungan Tionghoa-Islam dalam Panggung Sejarah Indonesia”. Makalah yang disampaikan dalam Seminar Kontribusi Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Indonesia, diselenggarakan oleh DPP Golkar, Jakarta.

Skinner, Stephen, 2002. Feng Shui, Ilmu Tata Letak Tanah dan Kehidupan Cina Kuno. Semarang. Penerbit Dahara Prize. ZM Hidayat, 1984.

Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung. Tarsito.

”Tionghoa-Indonesia”, dalam http://www.worlditems.info/w/id/1016.htm.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v2i1.203

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License