BUDAYA SPIRITUAL: PERSEPSI PEZIARAH PADA MAKAM KERAMAT LELULUR SUMEDANG
Abstract
Abstrak
Sikap keramat dalam anggapan suatu masyarakat adalah tempat yang dikeramatkan karena tempat bersemayamnya arwah leluhur yang memiliki kekuatan gaib. Pada suatu waktu di tempat keramat dijadikan pusat kegiatan religius, yakni upacara persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam situs religius ini, setiap tingkah laku manusia dikeramatkan yang diiringi suasana hati dan motivasi yang ditimbulkan oleh simbol-simbol sakral (keramat) dalam diri manusia.
Situasi demikian itu terbentuk dalam kesadaran spiritual sebuah masyarakat. Sesungguhnya setiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap tempat yang dikeramatkan. Hal ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Demikian pula terhadap makam keramat leluhur Sumedang yang kerap dikunjungi oleh banyak peziarah. Salah satunya makam keramat Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umum, Pangeran Kornel, dan sebagainya.
Abstract
A sacred attitude on people live in a sacred place is the burial of an ancestors spirit and supernatural. Sometimes, it is made as a center of religiousness, for example a god worship through religious site. On this site everyones attitude is being sacred by feeling and motivation which showed sacred symbols self inside.
The situation formed in a spiritual awareness of society. Actually, everyone has different perception and motivtion about those places. Of course, it depends on each needs conditions. In such a case, the sacred burial of Sumedang often visited by visitors. Such as the sacred burial of Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umum, Pangeran Kornel, etc.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
AM, Imron. 1990. Kitab Manakib Syekh Abdul Qadir Jaelani. Bangil: Yayasan Al-Muslimin.
Baal, van J. 1987. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta, Gramedia.
Boedi, Oerif Bramantyo. 2007. “Kutamaya:Peran pada Masa Kerajaan Sumedang Larang dan Sebagai Situs Arkeolog”i, dalam: Bhakta Astiti, Depbudpar. Bandung: Ikatan Arkeologi Indonesia.
Dhofier, Zamakhsyari. 1990. Tradisi Pesantren, Studi tentang Padangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_____________. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosia. Jakarta: Dian Rakyat.
Lubis, Nina H. 2000. Tradisi & Transformasi Sejarah Sunda I. Bandung: Humaniora Utama Press.
Nasution, Harun, et.al. 1990. Toriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah: Sejarah Asal-Usul, dan Per-kembangannya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahardjo, Supratikno (ed.). 2005. Religi Dalam Dinamika Masya-rakat. Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
Rasyidi, HM., Harifudin Cawidu. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat, Jakarta: Kuning Mas.
Subagya, Rachmat. 1981. Agama Asli Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Cipta Loka Caraka.
Sucipto, Toto. 2005. Budaya Spiritual di Lingkungan Makam Keramat Wangsa Goparana Sagalaherang, dalam :Budaya Spiritual Masyarakat Sunda, Depbudpar, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Jatinangor: Alqaprint.
Suhadi, Machdi & Halina Hambali. 1994/1995. Makam-Makam Wali Sanga di Jawa. Jakarta: Depdikbud.
Suseno, Frans Magnis. 1993. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Susanto, Harry, P.S. 1987. Mitos, Menurut Pemikiran Mircea Eliade. Yogyakarta: Kanisius,
Tasadi, et.al. 1994-1995. Budaya Spiritual dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur. Jakarta: Depdikbud.
DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v1i3.252
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Patanjala Indexed by :
ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.