SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Tari Topeng CIREBON ABAD XV – XX

Lasmiyati .

Abstract


Abstrak
Sunan Gunung Jati selain sebagai kepala nagari Cirebon, ia juga salah satu wali
sanga yang mempunyai tugas menyebarkan agama Islam. Tantangan dan hambatan
sebagai wali ia temui, di antaranya menghadapi Pangeran Welang. Pangeran Welang
memiliki kesaktian, karena mempunyai pusaka Curug Sewu. Ia ingin mengalahkan
Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menanggapinya tidak dengan kekerasan,
melainkan membentuk kelompok kesenian dan mengadakan pertunjukan keliling
kampung. Dalam kelompok kesenian tersebut menampilkan Nyi Mas Gandasari
sebagai penari yang memakai penutup muka (kedok). Pangeran Welang terpikat
dengan penampilan Nyi Mas Gandasari, ia pun meminangnya untuk dijadikan isteri.
Nyi Mas Gandasari menerima pinangan tersebut dengan syarat dipinang dengan
pusaka Curug Sewu. Pangeran Welang menyanggupi syarat tersebut yang akhirnya
kesaktian Pangeran Welang pun hilang. Ia menyerah kepada Sunan Gunung Jati dan
masuk Islam. Selanjutnya Tari Topeng di samping digunakan untuk menyebarkan
agama Islam juga merupakan kesenian khas istana, dan menjadi sarana hiburan yang
disukai masyarakat. Setelah Belanda menduduki Cirebon, seniman topeng merasa
tidak nyaman tinggal di lingkungan keraton, karena Belanda telah ikut mencampuri
urusan keraton. Mereka keluar dari istana dan menyebar ke Kabupaten Cirebon,
di antaranya Gegesik, Palimanan, Losari. Penelitian ini untuk mengetahui sejarah
pertumbuhan dan perkembangan Tari Topeng. Metode yang digunakan metode
sejarah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Tari Topeng sudah ada sejak Sunan
Gunung Jati sebagai kepala nagari Cirebon. Tari Topeng dijadikan sebagai media
dakwah dan persebaran ke Gegesik, Palimanan, dan Losari mempunyai karakter yang
berbeda dengan pakem yang sama.

Abstract
Tari Topeng (mask dance) is a kind of folk performing art vastly known in
Cirebon. The dance was a court art during the rule of Sunan Gunung Jati, functioning as a means to spread Islam. It spread outside the court when the artists left the court
following the Dutch arrival in Cirebon who made the court split into three: Kasepuhan,
Kanoman, and Kacirebonan. The Dutch interference in almost everything in the
court made them unpleasant. They eventually left the court and spread to Kabupaten
Cirebon. The aims of this research is to get knowledge of the history and development
of Tari Topeng using history method. The result is that this dance has been existing
since the time of Sunan Gunung Jati and served as a means to spread Islam. Then it
spread to Gegesik, Palimanan and Losari following the arrival of the Dutch.


Keywords


Tari Topeng, Cirebon, mask dance, Cirebon.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Atmadibrata, Enoch. 1990

Menelusuri Tari Topeng

Jawa Barat, Perkembangan

dan Pemasyarakatannya.

Makalah, disajikan pada

diskusi budaya dalam rangka

Milangkala VIII Lingkung

Seni Sunda Universitas

Padjadjaran bandung, tanggal

Mei 1990

Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid

Jakarta : PT Cipta Adi

Pustaka

Hardjasaputra, Sobana. 2009.

“Te kni s Pene l i t ian dan

Penulisan Sejarah”. Makalah

Bimbingan Teknis Penelitian.

Bandung : Depbudpar Balai

Pelestarian Sejarah dan Nilai

Tradisional Bandung

Kartika, Jamilah Santi. 1999.

Makna Topeng Panji Gaya

S l a n g i t dalam Topeng

Cireb o n , o l e h Dalang

Topeng Sujana Arja, Skripsi.

Bandung : Sekolah Tinggi

Seni Indonesia. Narawati, Tati. 2003.

Wajah Tari Sunda Dari Masa

ke Masa. Bandung : PASTI

UPI (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan

Seni Tradisional Universitas

Pendidikan Indonesia.

Narawati, Tati dan Soedarsono. 2005.

Tari Sunda, Dulu Kini dan

Esok. Bandung : Pusat

Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan Seni Tradisional

(PASTI).

Nunung, Ani. 2004.

“Yang Bertahan Kini

Sekarat dan hanya dikenal di

Pinggiran, Banyak Kesenian

Cirebon Punah” , Pikiran

Rakyat, 12 Februari, hal. 23

Rosala, Dedi S.Sen, dkk. 1999.

Bunga Rampai Tarian Khas

Jawa Barat. Bandung:

Humaniora Utama Press.

Rubiaty, Barliant, 1986.

Tinjauan Deskriptif Tari

Topeng Samba di Gegesik

Somantri, Gaos Harja. 1978/1979.

To p e n g C i rebon. As t i

B a n d u n g : P r o y e k

Pengembangan I n s t i t u t

Kesenian Indonesia, Sub

Proyek Asti Bandung.

Sumardjo, Unang. 1983.

Meninjau Sepintas Panggung

S e j a r a h Peme r i n t a h a n

Kerajaan Cirebon 1479 –

Bandung: Tarsito

Suanda, Toto Amsar. 2004.

“Mapag Sri”, Ekspresi Mistis

Rakyat Pangkalan. Pikiran

Rakyat: 6 Juni halaman. 22

Sudjana, TD (editor). 1989/1999.

Inventarisasi Kebudayaan

Cirebon, Kesenian Daerah

Cirebon. Cirebon: Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Cirebon.

Wahidin, Dede. 2006.

Potensi Daerah Kesenian

Cirebon. Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Cirebon.

Wetan Kabupaten Cirebon,

Skripsi. Bandung : STSI

Salana. 1987.

Sejarah Carbon, jilid I

------- , tanpa angka tahun

“Beberapa catatan mengenai

Topeng Cirebon”, makalah.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v3i3.263

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License