MAKNA RENCONG BAGI UREUENG ACEH

Sri Waryanti

Abstract


Abstrak

Salah satu upaya manusia mempertahankan diri adalah dengan menggunakan senjata. Pada setiap suku bangsa di Indonesia memiliki senjata yang khas menurut budayanya masing-masing. Rencong adalah senjata khas milik suku bangsa Aceh di Provinsi Aceh. Karya tulis ini mengungkap dan membahas makna rencong bagi suku bangsa Aceh, yang menyebut dirinya sebagai ureueng Aceh. Untuk tujuan tersebut, rencong dipandang sebagai bukan budaya materiil, tetapi sebagai simbol dari kebudayaan sehingga pendekatan yang dipergunakan paradigma interpretivisme simbolik yang dibangun atas asumsi bahwa manusia adalah hewan pencari makna. Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Dari penelitian ini terungkap bahwa rencong tidak hanya digunakan sebagai senjata untuk membela diri, tetapi lebih dari itu rencong juga bermakna sebagai martabat, keagungan, dan manifestasi dari unsur Islam. Oleh karena itu, rencong harus dilestarikan sebagai bagian dari budaya milik bangsa Indonesia pada umumnya dan Aceh khususnya.

 

Abstract

Humans utilise weapons to defend themselves. In Indonesia each ethnic group has a unique weapon according to their culture. The Acehnese of the Province of Aceh has a typical dagger called rencong. This paper reveals and discusses the meaning of rencong for the Acehnese, who referred to themselves as ureueng Aceh. For this purpose, rencong is not seen as material culture, but as a symbol of a culture. The author approaches the issue by conducting symbolic interpretive paradigm which is built on the assumption that humans are meaning-seekers animals. Validity of the data was obtained through triangulation technique, while analysis of data was conducted by applying data reduction, as well as displaying and verifying them. The study reveals that rencong is more than just a weapon; it is also symbolising dignity, majesty and manifestation of the elements of Islam. Therefore, rencong must be preserved as part of the nation's culture of Indonesia in general and particularly in Aceh.


Keywords


makna, rencong, orang Aceh, meaning, rencong, Acehnes.

Full Text:

PDF

References


DAFTAR SUMBER

Buku, Makalah, dan Surat Kabar Anonim. “Ekonomi Kreatif. Seni Tradisi, Aset yang Terlupakan”. Kompas tanggal 29 Mei 2009 hlm. 34. Febriyandi YS, Febby. “Makna Tudung Manto Bagi Orang Melayu Daik”. Widyariset Volume 14 Nomor 1, April 2011. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Leigh, Barbara. 1989. Tangan-tangan Trampil Aceh. Jakarta: Djambatan. Kern, R.A. 1994. Hasil-hasil Penyelidikan Sebab-Musabab terjadinya Pembunuhan Aceh (terj. Aboebakar). Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. T. Syamsuddin dan M. Nur Abbas. 1981. Reuncong. Banda Aceh: Museum Negeri Aceh, Proyek Pengembangan Permuseuman Daerah Istimewa Aceh. Sufi, Rusdi. 2002. “Kata Sambutan Pembunuhan Khas Aceh dan Kelirunya Sebutan Aceh Pungo” dalam Ridwan Azwad dan Ramli A. Dally (eds.) Aksi Poh Kaphe di Aceh. Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. _____. 2008. “Menelusuri Tindak Cut Nyak Dhien melawan Kolonial Belanda (sebagai inspirasi bagi Perempuan di Era Pembangunan)”, Makalah disampai-kan pada Seminar di Rumah Cut Nyak Dien Lampisang yang diselenggakarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan di Banda Aceh tanggal 6 November.Wibowo, Agus Budi. 2004. “Hikayat dalam Perspektif Sejarah” dalam Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo, Ragam Sejarah Aceh. Banda Aceh: Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Internet Cut Zahrina.

Seni dan Makna Rencong Aceh (Jenis Keahlian Tradisional Masyarakat Aceh) http://www.pintoaceh.com/hb/hb38/cut_hb38_rencong.rar. Fakhrurradzi M. Gade. 2008.

Rencong dari Heroisme ke Cenderamata. http://eradzie.wordpress.com/2007/01/21/rencong-dari-heroisme-kecenderamata/




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i3.86

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License