KABUYUTAN CIPAGERAN CIMAHI DARI ZAMAN KE ZAMAN

Leli Yulifar

Abstract


Komunitas Kabuyutan Cipageran Cimahi layaknya “museum” hidup yang menghubungkan masa lalu dan kini. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal-usul dan eksistensi Kabuyutan Cipageran. Metode penelitian sejarah yang dimulai dari heuristik sampai dengan historiografi merupakan tahapan yang tidak mudah dilewati, mengingat keterbatasan sumber, terutama sumber tertulis. Melalui teknik pengumpulan data berupa sumber tertulis/dokumentasi, wawancara terhadap empat narasumber yakni  pupuhu (tokoh), budayawan, wakil  komunitas kabuyutan,  dan observasi di lapangan, ditemukan bahwa Kabuyutan Cipageran diduga kuat mulai ada sejak zaman Kerajaan Sunda yang eksis antara akhir abad ke-7 sampai  akhir abad ke-16. Mengacu pada perjalanan sejarahnya, Kabuyutan Cipageran merupakan salah satu bukti adanya tempat leluhur Sunda, dan replika kampung Sunda tempo dulu. Amanat leluhur Sunda yang sangat dihormati oleh generasi penerusnya, menunjukkan nilai-nilai tinggi dan strategis  dalam kebudayaan, khususnya kebudayaan Sunda. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjawab  asal-usul Komunitas Kabuyutan  dan  sebagai  bahan awal yang tertulis untuk penelitian selanjutnya.

 

Kabuyutan Cipageran Cimahi Community is like a living "museum" that connects the past and present. Therefore, this study aims to determine the origin and existence of Kabuyutan Cipageran. Historical research methods starting from heuristics to historiography are stages that are not easily passed, given the limited resources, especially written sources. From some techniques of collecting data; in the form of written or documentation sources, interviews with four speakers, pupuhu (figures), cultural observers, representatives of the Kabuyutan community, and observations in the field, it was found that Kabuyutan Cipageran was strongly suspected to have existed since the 7th century of Sunda Empire  to the end of the 16th century. Referring to its historical journey, Kabuyutan Cipageran is one proof of the existence of a Sundanese ancestral place, and a replica of the old Sundanese village. The mandate of Sundanese ancestors who are highly respected by their next generation shows high and strategic values in culture, especially Sundanese culture. The results of the study are expected to be able to answer the origins of the Kabuyutan Community as well as the starting written material for further research.


Keywords


Kabuyutan, replika, dan Kebudayaan Sunda

Full Text:

PDF

References


Laporan Penelitian

Hardjasaputra, A. Sobana dan Leli Yulifar 2017.

Kedudukan dan Fungsi Kabuyutan. Penelitian Pendahuluan Bandung: ttp

Yulifar, Leli. 2014.

Kabupaten Galuh-Ciamis 1809-1942 (Pemerintahan, Sosial-Ekonomi dan Politik). Unpad, Desertasi, ttp.

Buku

Barnes, Harry Elmer. 1963.

History of Historical Writing. Second Revised Edition New York: Dover Publications Inc.

Danasasmita, Saleh et al. 1983/1984. Rintisan Penelusuran Masa Silam; Sejarah Jawa Barat. jilid Ketiga. Bandung: Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat.

Garaghan, Gilbert J. 1946.

A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press.

Gottschalk, Louis. 1986.

Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Kartodirdjo, Sartono. 1975.

Sejarah Nasional Indonrsia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kidoeng Soenda. 1878. Batavia: Bale Poestaka.

Kuntowijoyo. 1995.

Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Lubis, Nina H. 1998.

Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.

PaEni, Mukhlis (Ed. Umum). 2009.

Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Sosial.Jakarta: Rajawali Pers.

Renier, G.J. 1997.

Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Terjemahan A. Muin Umar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjamsuddin, Helius. 2016.

Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekmono, R. 1995.

Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid I. Cetakan ke-11. Jogyakarta: Kanisius.

Internet

Kurniawan, Asep Indra. “Kabuyutan Solusi Kemajuan Bangsa yang Semakin Terancam”. http://www. Bedanews.com/kabuyutan-solusi-kemajuan-bangsa-yang-se-makin-terancam. Diakses 11 Juni 2017.

Kusmayadi, Dedi E. 2015. “Pengertian Kabuyutan”. http://cipakudarmaja.blogspot.co.id/2015/11/ pengertian-kabuyutan. Html. Diakases 27 Agustus 2017.

Suryalaga, H.R. Hidayat. Amanat Galunggung Prabuguru Darmasiksa,http://www.sundanet.com/artikel.php?id=117.Diakses 31 Agustus 2-17.

Undang-Undang

UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya.

UU No. 10/2009 tentang Kepariwisataan.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v10i3.416

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License