PERLAWANAN PETANI DI TANAH PARTIKELIR TANJOENG OOST BATAVIA TAHUN 1916

Iim Imadudin

Abstract


Abstrak
Sepanjang abad XIX dan awal abad XX terjadi banyak pergolakan di Nusantara. Salah satu di antaranya terjadi di tanah partikelir Tanjoeng Oost Batavia. Perlawanan Entong Gendut di Tanjoeng Oost Batavia pada tahun 1916 berkaitan dengan sistem tanah partikelir di daerah tersebut. Peristiwa tersebut mencerminkan terjadinya ketegangan horizontal maupun vertikal. Di tanah partikelir Tanjoeng Oost Batavia, tuan tanah mengeksploitasi tanah dan petani yang hidup di wilayahnya. Sejak diberlakukannya UU Agraria 1870, pemilik modal menjadikan tanah sebagaialat produksi. Oleh karena itu, tidak ada lagi hubungan yang bersifat mutualistis, namun bergeser pada aspek komersialisasi pertanian. Para petani yang bekerja pada perkebunan memperoleh perlakuan yang sewenang-wenang. Peraturan tanah partikelir sering berubah-ubah, pajak tidak tetap, dan pemberlakuan kerja wajib. Dalam kondisi demikian, timbullah gerakan perlawanan yang dimotivasi oleh semangat keagamaan. Para pengikut Entong Gendut menganggap dirinya sebagai ratu adil. Penelitian yang mempergunakan metode sejarah ini bertujuan mengungkap perlawanan Entong Gendut dan respons pemerintah kolonial terhadap gerakan petani di tanah partikelir Tanjoeng Oost. Kajian mengenai resistensi petani era kolonial dalam konteks tanah
partikelir penting sebagai bahan refleksi sejarah. Meski pernyataan sejarah berulang sekarang dipertanyakan, namun terdapat kemiripan pola-pola protes sosial dari dulu hingga kini.

 

Abstract
There are a lot of upheaval in the archipelago throughout the nineteenth century and early twentieth century. One of them are occurred on private land Tanjoeng Oost Batavia. Entong Geendut resistance in Tanjoeng Oost Batavia in 1916 relating to the system of private land in the area. These events reflect the horizontal and vertical tension. In the private land of Tanjoeng Oost Batavia, landlords exploit the land and the farmers who live in the territory. Since the enactment of the Agrarian Law, 1870, owners of capital make the soil as a production tool. Therefore, there is no relationship of mutualism, but shifts in aspects of agricultural commercialization. The peasants who worked on the plantation earned arbitrary treatment. Regulation of private land ever-changing, taxes are not fixed, and the imposition of compulsory labor. In such conditions, there was a resistance movement motivated by religious fervor. The fellow of Entong Gendut consider themselves to be fair queen. The research method is historical method and try to reveal the Entong Gendut struggle against the colonial government's as a response to the peasant movement in Oost Tanjoeng private land. The study of peasant resistance in colonial era important in the context of private land as a reflection of history. Although history repeats itself now as a questionable statements, but there are similar patterns of social protests of the past until now.


Full Text:

PDF

References


Arsip

Indonesia. Arsip Nasional. 1973. Ikhtisar Keadaan Politik Hindia Belanda tahun 1839-1848. Jakarta: ANRI.

Indonesia. Arsip Nasional. 1976. Memori Serah Jabatan 1921-1930 (Jawa Barat). Jakarta: ANRI.

Indonesia. Arsip Nasional. 1980. Memori Serah Jabatan 1931-1940 (Jawa Barat). Jakarta: ANRI.

Indonesia. Arsip Nasional. 1981. Laporan-laporan tentang Gerakan Protes di Jawa pada Abad XX. Jakarta: ANRI. Koloniaal Verslag, 1916

Skripsi

Nashir, Abd. 1987. Kerusuhan Petani di Condet Tahun 1916. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Ningsih, Yayi. 1987. Gerakan Protes di Tanjung Timur Dipimpin oleh Entong Gendut Tahun 1916. Skripsi. Surabaya: FIS UNESA.

Buku

Asdi, Armin et al. 2007. Sejarah Kabupaten Subang. Subang: Disbudpar Kab. Subang.

Burke, Peter. 2003. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendhie. “Korupsi dan Kolusi pada Masa Raffles” dalam Humaniora Vol. 19 No. 1. Februari 2007. Hlm. 13-22.

Frederick, William & Soeri Soeroto. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.

Herlina-Lubis, Nina. 2000. Tradisi & Transformasi Sejarah Sunda. Bandung: Humaniora Utam Press.

Hobsbawn, E.J., 1990. “Bandit Sosial”, dalam Sartono Kartodirdjo, Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial, Jakarta : LP3ES.

Blackburn, Susan. 2011. Jakarta Sejarah 400 tahun. Depok: Komunitas Bambu.

Hoffer, Eric. 1988. Gerakan Massa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas.

Jung, Richard, “A Review of Theory of Collective Behavior Neil J. Smelser”, Industrial and Labor Relations Review, 19, 2 (January 1966). P. 318-320.

Kartodirdjo,Sartono. 1983. Elit dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.

Korver, A.P.E. 1982. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. Jakarta: Grafiti Pers.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008.

Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Pranoto, Suhartono W. Jawa (Bandit-bandit Pedesaan) Studi Historis 1850-1942. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Zubir, Zaiyardam. 2002. Radikalisme kaum Pinggiran. Yogyakarta: Insist.

Internet

Scott, James C. “Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia”, diakses dari http://chenry.webhost.utexas.edu/public_html/AUC/Scott-1972-clientelism.pdf, diunduh pada 10 Februari 2015 pukul 8.45 WIB.

Swartz, Norman. “The Concepts of Necessary and Sufficient Conditions”, diakses dari http://www.ucd.ie/artspgs/semantics/swartznsc.pdf, diunduh pada 24 Februari 2015 pukul 9.03 WIB.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v7i1.82

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License